Sabtu, 01 Maret 2014

Hiking 24 Jam Non Stop


Berawal dari ide seorang kawan ingin melakukan hiking selama 24 jam non stop, dengan rute tidak ditentukan sebelumnya. Rute bisa saja dipilihkan dalam bentuk susur sungai, pantai, bukit, gunung dan sebagainya.  Orientasi kegiatan ini bukan jauhnya jarak tempuh yang ingin dicapai tapi pada efektifitas penggunaan waktu selama perjalanan. Mencermati gagasan hiking model itu terkesan seperti orang kurang pekerjaan saja, karena target kegiatan tidak lazim dan hampir tidak pernah ditemui kegiatan yang serupa itu. Kalaupun ada mungkin mirip dengan Lomba Gerak Jalan dengan kategori Ketepatan Waktu dan bukannya Kecepatan waktu.

Begitu ditelusuri asal muasal munculnya ide hiking 24 jam non stop ternyata cukup beralasan juga. Kawan yang pencetus ide menuturkan bahwa hiking 24 jam non stop mempunyai pengaruh yang luar biasa dalam membentuk mental seseorang. Menurutnya selama perjalanan seseorang akan mengalami langsung atau berproses secara internal terhadap komitment dalam dirinya sendiri. Model hiking ini mungkin menembak model yang dilakukan kesatuan di Tentara ketika “ Tradisi Pembaretan” atau “ Tadisi Masuk Kesatuan” bagi prajurit remaja. Dengan melakukan perjalanan darat non stop diharapkan seseorang bisa merasakan beratnya perjuangan dan harapan menggapai cita cita. Biasanya seseorang akan mengalami berbagai tekanan selama perjalanan berlangsung, dari mulai kelelahan yang amat sangat, cidera kaki, lemahnya mental dan sebagainya.
Bisa dibayangkan kegiatan hiking ini bakal menjadi kegiatan yang cukup berat bagi siapapun yang tidak memiliki basic kegiatan petualangan di alam bebas. Untuk beberapa kalangan seperti kelompok Pecinta alam, Pramuka, maupun pengembara mungkin tidak menjadi persoalan. Aktifitas yang dilakoni penggiat petualangan di alam bebas   sudah cukup akrab dengan bentuk perjalanan seperti itu. Namun begitu jarang sekali yang memikirkan bahwa perjalanan demi perjalanan itu mampu memberikan dampak positif,  utamanya berguna membangun kepercayaan diri dan melatih mengendalikan diri.  Melalui metode menekan seluruh emosional yang bisa dipastikan akan muncul, seseorang dipaksa untuk mengatur dan mengelola sedemikian rupa sehingga bisa bersinergi dengan anggota tim/ kelompok yang lain. Dengan begitu proses pembentukan mental seseorang sesungguhnya sudah dimulai ketika sudah belajar untuk menjaga perasaan dengan orang lain, dengan tidak selalu mengedepankan kepentingan dan ego pribadi semata. Proses yang lain ditandai begitu muncul empati dengan bersedia membantu orang lain sebagai bentuk kesetiakawan dalam sebuah tim.
Secara keseluruhan hiking 24 jam non stop bisa jadi alternative yang bagus untuk digunakan sebagai metode pendidikan/ pembentukan mental yang tentu saja masih harus ditambah dengan beberapa kegiatan yang lain relevan.