Kamis, 13 Maret 2014

Tradisi Lama Yang Tetap Dipertahankan


Tradisi adopsi dari Reppala
Karakteristik sebuah organisasi umumnya berbeda satu sama lain,  sebab bagian ini yang justru berguna untuk membedakan satu organisasi dengan organisasi yang lain. Bentuk yang spesifik untuk menunjukkan karakteristik suatu organisasi seperti nilai nilai yang ditanamkan di Reppala sejak berdiri 23 desember 1986 dahulu,  yang sampai dengan saat ini masih memberlakukan tradisi pelantikan anggota baru yang cukup unik dibandingkan dengan organisasi/ klub pecinta alam yang lain.
Tradisi / nilai nilai tertentu apapun bentuknya semestinya dihargai dan dihormati sebagai bagian dari prinsip menanamkan loyalitas anggota terhadap organisasi. Loyalitas anggota terhadap organisasi ini penting, mengingat roda  organisasi bergantung dari mobilitas anggota bersama pengurusnya.
Tradisi pelantikan anggota baru Reppala yang sejak dahulu itu sengaja disetting para pendiri Reppala sedemikian apik sehingga tidak ada image dalam rupa anarkhis apalagi jauh dari etika. Maka bentuk kegiatan yang dipilihkan benar benar dipengaruhi nuansa filosofis.  Upacara pelantikan anggota baru sebagai tahap lanjutan dari seleksi anggota itu ditandai dengan beberapa catatan dimana upacara tetap dilaksanakan tepat pukul 24.00 dinihari. Upacara pelantikan yang disakralkan itu dihadiri ketua, beberapa pengurus,  anggota Reppala yang senior dan sesepuh/ pendiri Reppala.

Format barisan tertua - termuda
Format Barisan
Format barisan pada upacara disusun urut menurut umur tertua hingga termuda tidak memandang laki-laki atau perempuan. Bentuk barisan ini menjadi ukuran dalam penjenjangan status senior dan junior dalam satu angkatan. Secara filosofis, dimaksudkan agar setiap anggota selalu ingat bahwa ketetapan semua anggota adalah saudara bisa dipegang teguh semua anggota sampai kapanpun. Cara berbaris ini mungkin jarang ditemui di berbagai tempat, umumnya barisan diatur dalam formasi sama tinggi, atau pengkelompokan menurut jenis kelamin atau kekhususan tertentu sehingga sebuah barisan diatur . 
Ide munculnya format barisan ini dahulu sebenarnya sederhana, karena muncul keinginan  mempersatukan persaudaraan sesama anggota sehingga perlu dirancang kerangka yang bisa selalu up to date dan bisa diterima siapapun sampai kapanpun. Kemudian tercetus format barisan baku versi Reppala ini dan hanya berlaku saat di upacara pelantikan anggota baru Reppala saja.

Menu Pelantikan
Upacara pelantikan anggota baru mengikuti format apel yang kemudian ditandai dengan tradisi lama yaitu “cium bendera Merah Putih dan bendera Reppala”  oleh anggota baru diiringi  lagu Padamu Negeri.  Nilai filosofisnya tentu saja agar setiap anggota selalu mengedepankan kecintaan terhadap tanah air Indonesia yang harus selalu dibela, sebuah upaya membentuk karakter nasionalis bagi generasi muda. Tradisi kemudian dilanjutkan dengan “minum kopi pahit tanpa gula”, yang ditafsirkan bahwa realitas hidup tidak selamanya indah atau manis seperti gula. Sehingga nilai nilai yang wajib dipahami anggota Reppala adalah getirnya sebuah perjuangan hidup supaya setiap orang menyadari bahwa segala sesuatu harus diupayakan. Tradisi diteruskan dengan “coreng muka” yang dalam konteks ini disimbolikkan dengan anggapan negative orang yang cenderung “mental block”  terhadap pecinta alam. Dari itu, setiap pecinta alam semestinta  menjaga image positif dari anggapan buruk , liar, pergaulan bebas, hidup tidak teratur dan sebagainya. Akhirnya upacara pelantikan ditutup dengan tradisi makan “sukro/ kacang Atom” sebagai makanan sekaligus menu pelantikan.
Itulah Tradisi lama yang tetap dipertahankan di Reppala, yang diharapkan menjadi jejak sejarah tersendiri karena didalamnya bertindak sebagai pelaku dan saksi sejarah itu sendiri.