Senin, 03 Februari 2014

Sejarah Pendakian Gunung

Kapan tepatnya kegiatan pendakian mulai dilakukan agak rumit mencari datanya lebih lengkap, namun menurut cerita dari mulut ke mulut dan pustaka, aktivitas di gunung sudah dimulai oleh para misionaris-misionaris untuk misi keagamaan serta agen tentara untuk misi perang dan penjajahan.
Pada periode tahun 1490-an orang-orang disekitar pegunungan Alpen di Eropa sudah mulai naik turun gunung untuk keperluan mata pencaharian dan spiritualnya. Ketika mata pencaharian bukan lagi sebagai alasan utama pada sekitar abad ke-16 orang-orang di desa sekitar pegunungan Alpen di Eropa dan Himalaya di Asia sudah banyak membicarakan teknik-teknik mendaki gunung. Pegunungan Alpen yang membujur antara batas negara Swiss, Italia, dan Austria,
saat itu belum seorang pun pernah menginjakkan kakinya di puncak tertinggi pegunungan Alpen (Mont Blanc), orang-orang Inggris yang rata-rata aristockat sering mengunjungi lembah Chamonix di kaki gunung Mont Blanc. Sebagian dari mereka yang memiliki tujuan penelitian dan masyarakat Chamonix yang sebagian besar pekerjaannya berburu dan mencari batu kristal ke gunung menjadi pemandu-pemandunya. Aktivitas orang-orang Chamonix membuat mereka menghafal setiap kelokan di Alpen sehinga tidak mendapat kesulitan yang besar dalam menemukan jalur yang mudah. Masa pendakian gunung untuk penelitian ini berlangsung sampai zaman keemasan mendaki gunung kira-kira abad ke-19. Pada masa itu, mereka yang keluar masuk pegunungan Alpen adalah orang-orang yang ingin menjadi “yang pertama” menginjakkan kaki di puncak-puncak gunung yang masih perawan. Istilah “yang pertama” ini seperti menjadi prestasi agung dalam mendaki gunung, hal ini membuat masyarakat di kaki gunung akan bersorak-sorak menyambut kedatangan orang yang telah baru saja berhasil mencapai puncak gunung yang konon merupakan tempat naga gunung terlelap.

Kronologi Awal Pencapaian Puncak Tertinggi di Dunia
Pertengahan abad 19, cerita tentang puncak tertinggi didunia telah tersiar ditelinga masyarakat dunia. Ini diketahui berdasarkan hasil survey Kantor Survey India terhadap puncak-puncak Himalaya di Nepal pada tahun 1849 sampai 1855. Sebelum Everest ditemukan sebagai puncak tertinggi, Kanchenjunga merupakan yang tertinggi saat itu.

Upaya ekspedisi ke Everest telah dimulai sejak tahun 1893 oleh pihak Inggris, namun tidak pernah menuai keberhasilan, ini dikarenakan oleh pihak Tibet dan Nepal tidak memberikan izin, tahun 1905 upaya itu kembali dilakukan namun kegagalan kembali terjadi dengan masalah yang sama. Tahun 1913 seorang kapten muda J. B. L. Noel telah masuk ke wilayah Everest secara diam-diam dan di bulan Maret 1919 ia menguraikan hasil perjalanannya dihadapan the Royal Geographical Society. Berkat laporannya itu The Royal Geogrhaoical Society dan The Alpine Club menyarankan untuk melakukan ekspedisi survey ke wilayah Everest. Sejak saat itu usaha memperoleh izin dari pemerintah setempat gencar dilakukan dan di akhir tahun 1920 akhirnya pihak Inggris berhasil memperoleh izin dari pemerintah Tibet untuk melakukan Ekspedisi.  Tahun 1921 di bulan Maret ekspedisi ke Everest pertama kali dilakukan oleh Inggris, ini merupakan ekspedisi pertama di dunia dalam usaha mencapai puncak Everest. Ekspedisi yang beranggotakan 11 orang dengan bantuan 16 pendukung serta ratusan binatang pengangkut barang dilakukan dengan melalui rute Darjeeling (India) dan menuju Everest melalui Tibet. Ekspedisi yang dilakukan ini belumlah sampai pada pencapaian puncak everest akan tetapi bertujuan untuk mengeksplorasi jalur pendakian mencapai puncak everest. Titik tertinggi yang dicapai dalam ekspedisi ini 23.000 feet di jalur utara.  

Pada bulan April 1922 ekspedisi kedua dilakukan untuk mencapai puncak Everest melalui dataran tinggi Tibet, pendaki yang terlibat dalam ekspedisi ini sama dengan ekspedisi sebelumya yaitu George Mallory, namun dalam upaya ini ia belum menemukan keberhasilan. Pada bulan Mei tanggal 24 melalui rute North Col, Mallory, Geoffrey Bruce, Tejbir, Kapten Noel dan 12 porter yang membawa slinder oksigen melanjutkan cita-cita mereka untuk mencapai puncak everest (BW12 Februari-Maret 2002 ), terdiri dari 13 orang bangsa Inggris, 16 orang bangsa Nepal, 100 orang pengangkut beban dari Tibet, dan 300 binatang juga pengangkut beban (BW. Edisi Juni-Juli 2006) .

Setelah melewati badai salju di camp north col akhirnya mereka dapat mencapai ketinggian 26.000 feet dan melewati north face everest dengan cara traversing, dengan bantuan slinder oksigen ia dapat mencapai ketinggian 27.000 feet, di ketinggian itu ia kemudian lanjut lagi dengan memanjat diagonal menuju titik tinggi North east Ridge dan berhasil mencapai ketinggian 27.300 feet. Di tempat ini ia hanya dapat memandangi gunung cho oyu (27.000 feet), lembah rongbuk serta puncak barat Everest.

Sejak tahun 1921 dilaksanakannya ekspedisi ke Everest dalam jangka waktu 30 tahun ada 10 ekspedisi yang telah dilakukan. Ke-10 eksepedisi ini berakhir dengan kegagalan bahkan telah merenggut nyawa para pendaki diantaranya George Mallory dan Irvine yang tergabung dalam ekspedisi ke-3 inggris pada tahun 1924. 8 Juni 1924 kabar tentang kehilangan Mallory dan Irvin tercuat, tahun 1933 kapak es Irvine ditemukan pada ketinggian 8.230 meter dan pada tahun 1999 (73 tahun setelah hilang) giliran jasad Malorry ditemukan secara utuh bersama kaca mata salju, altimeter dan pisau lipat.

Setelah ekspedisi Inggris yang ke-3 dilakukan pada tahun 1924, daerah Tibet dan Nepal ditutup untuk orang asing selama 9 tahun, namun pada tahun 1933 kedua pemerintah wilayah ini kembali membuka diri, dan untuk ke-4 kalinya Inggris memperoleh izin untuk melakukan ekspadisi ke Everest. Ekspedisi Inggris kali ini dipimpin seorang pendaki Alpen dan Himalaya yairu Hugh Ruttledge. Tim Inggris saat itu beranggotakan 14 pendaki dan dihuni pendaki ternama seperti Frank S. Smythe dan Eric Shipton. Ekspedisi kali ini tetap sama dengan ekspedisi sebelumya, mereka belum juga bisa mencapai puncak Everest bahkan titik tertinggi yang dicapai Mallory dan Irvine pada tahun 1924 (sekitar 28.000 feet) tak bisa disamai. Setelah ekspedisi ini ditahun 1935, 1936, dan 1938 Inggris tetap teguh melakukan ekspedisi dengan pimpinan eksedisi Eric Shipton, namun hasilnya tetap sama dengan sebelumnya bahkan ketinggian yang dicapai Mallory belum tertandingi. Berakhirnya ekspedisi Inggris yang ke-7, wilayah Nepal dan Tibet kembali ditutup akibat perang dunia II meletus dan Everest saat itu kembali hidup tenang dan damai, tak terusik manusia-manusia yang ingin menjamahnya (BW: 91:Juni-Juli 2006)

Tahun 1952 kabar mengenai Everest kembali tersiar, lewat tim Ekspadisi Swiss yang ingin mencapai titik tertinggi. Ekspedisi ini berakhir dengan kegagalan dan ia hanya berhasil mengantarkan dua orang dalam timnya yaitu Lambert dan Tenzing mencapai ketinggian 8.550 meter. Setelah kegagalan Swiss, Inggris kembali menyiapkan tim untuk ekspedisi di tahun berikutnya. Tim Inggris yang dibentuk kali ini dipimpin oleh seorang colonel John Hunt yang beranggotakan 10 pendaki dan seorang dokter. Ekspedisi yang dilakukan Inggris, ini merupakan yang ke-11 dalam usaha pencapaian puncak Everest. Tanggal 9 April 1953 Tim Inggris yang membentuk kelompok kecil dimana didalamnya terdiri dari Tom Bourdillon, Alfred Gregory, Charles Wylie, Edmund Hillary, Griffith Pugh, Michael Westmaccott, George Band, George Lowe, Tenzing Norgay, Charles Evans, dan Stobart memulai perjalanan dengan ditemani High-Altitude sherpa sebanyak 5 dan 39 pengangkut beban menuju puncak Everest melalui Khumb Ice-Fall dan tembus ke Western Cwm (BW: 83; edisi Nov-Des 2006). Dalam perjalanan ini, cuaca buruk terus membayanginya, badai salju yang berlangsung sehari-semalam tak juga reda akkibatnya 4 pengangkut beban mengundurkan diri karena buta salju. 29 Mei 1953 Hillary dan Tenzing menjadi orang pertama yang berdiri dipuncak gunung Everest.

Sejak Everest telah disentuh oleh manusia melalui ekspedisi yang diawali pada tahun 1921, Everest telah menewaskan 130 orang hingga tahun 1996 (Krakauer: 1994:27). Orang tahu bahwa untuk berdiri dipuncak Everest tidaklah mudah karena butuh biaya yang mahal, pengalaman mendaki, keberanian dan sebagian orang mengatakan bahwa orang-orang yang melampiaskan keinginannya berjalan menuju Everes adalah orang yang tidak berpikir sehat. Sebagian orang tahu tentang hal itu, namun sebuah kenyataan yang sulit untuk dimengerti dalam jiwa para petualang tentang mengapa mereka melakukan kegilaan itu. Mallory jika menjawab pertanyaan para wartawan mengapa ia mau mendaki Everest?, Mallory menjawabnya “Karena gunung itu ada di sana”.  Banyak orang yang bermimpi untuk berdiri dipuncak gunung tertinggi di bumi ini dan orang terus berusaha untuk mencapainya, beragam teori-teori pendakian tercipta, mulai dari penggunaan tabung oksigen, cara berjalan digunung es, penyesuaian diri, hingga lahirnya upaya untuk mencapai everest tanpa bantuan oksigen. Tahun 1993 Mike Broom orang yang bekerja sebagai tukang kayu dan sesekali menjadi pemandu pendakian, telah mendaki Everest tanpa menggunakan bantuan oksigen (Krakauer:1994;101). Tahun 1990 komersialisasi Everest bermunculan, dua perusahaan yang bergerak dalam jasa pendakian everest terkemuka yaitu Adventure Consultans dengan pimpinan Rob Hall dan Mountan Madness dengan pimpinan Scoot Fischer telah mengantar beberapa kliennya mencapai puncak Everest.


Pustaka:
• Buletin Wanadri,edisi 12 Februari-Maret 2002
• Buletin Wanadri. Edisi Juni-Juli 2006
• Buletin Wanadri. Edisi November-Desember 2006
• Eiger Adventure News, Edisi 50 Januari-Februari 2008
• Krakauer Jon, Into Thin Air, 1994, Bandung, Penerbit Qanita
• Sukandar Dadang,Rock Climbing, 2006, Yokyakarta, Penerbit Andi
• Sukandar Dadang, Berburu Nyali di Tebing Emas, 2006, Yokyakarta, Penerbit Andi



Tidak ada komentar: