Kamis, 13 Februari 2014

Rumitnya Mengurai Persoalan Sampah



Membahas issue sampah sepertinya  tidak bakal kunjung  habis, karena tanpa disadari persoalan sampah dari waktu ke waktu masih dianggap persoalan sepele. Sampah yang diproduksi setiap hari oleh masyarakat yang konon berton-ton jumlahnya  pada prinsipnya merupakan akumulasi dari sampah orang perorang maupun sampah kolektif yang berasal dari lingkungan bisnis public. Penumpukan sampah itu umumnya memusat dikawasan sungai baik yang berasal dari kawasan pemukiman penduduk maupun lingkungan bisnis public.
Lingkungan bisnis public yang berasal dari kawasan pasar dan industry boleh jadi yang paling memberikan kontribusi bagi pencemaran di kawasan itu. Tanpa sadar pula sampah dalam jumlah banyak yang tertambat di sungai selain berdampak terhadap penurunan kualitas air juga akan memicu terjadinya banjir untuk kawasan tertentu. Untuk yang terakhir ini, dipahami khalayak bahwa sampah sungai seakan menjadi bendungan semu bagi lancarnya aliran air sungai menuju ke laut.
Selain adanya kerumitan mengurai persoalan sampah kali, ternyata ada persoalan lain tidak luput dari perhatian. Sungai yang merupakan hulu sampah seakan berfungsi sebagai supplier sampah ke muara sungai yaitu pantai, teluk atau laut lepas. Pada  situasi tertentu sampah yang sudah menggunung di muara sungai  akan menjadi the garbage explosion (ledakan sampah). Kekhawatiran ini sesungguhnya cukup beralasan mengingat produksi sampah berkorelasi positif  dengan pertumbuhan populasi di suatu wilayah. Asumsinya, bila penduduk sedikit maka sampah yang diproduksi akan sedikit, sebaliknya penduduk yang banyak akan memproduksi sampah dalam jumlah banyak.

Mestinya dari sekarang sudah harus ada suatu upaya yang lebih konkrit menyikapi sampah baik yang di hulu sungai sampai dengan muara sungai.  Sementara ini konsentrasi penanganan sampah lebih cenderung pada menyapu sampah di kawasan pemukiman saja dengan dalih estetika ketimbang alasan yang lebih komprehensif.  Untuk itu mari dari sekarang kita bangun kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dimulai dari lingkungan tempat tinggal dan secara bersamaan diiringi membangun kepedulian sosial.