Berawal dari ide seorang kawan ingin
melakukan hiking selama 24 jam non stop, dengan rute tidak ditentukan
sebelumnya. Rute bisa saja dipilihkan dalam bentuk susur sungai, pantai, bukit,
gunung dan sebagainya. Orientasi kegiatan
ini bukan jauhnya jarak tempuh yang ingin dicapai tapi pada efektifitas
penggunaan waktu selama perjalanan. Mencermati gagasan hiking model itu
terkesan seperti orang kurang pekerjaan saja, karena target kegiatan tidak
lazim dan hampir tidak pernah ditemui kegiatan yang serupa itu. Kalaupun ada mungkin
mirip dengan Lomba Gerak Jalan dengan kategori Ketepatan Waktu dan bukannya
Kecepatan waktu.
Begitu ditelusuri asal muasal
munculnya ide hiking 24 jam non stop ternyata cukup beralasan juga. Kawan yang
pencetus ide menuturkan bahwa hiking 24 jam non stop mempunyai pengaruh yang
luar biasa dalam membentuk mental seseorang. Menurutnya selama perjalanan
seseorang akan mengalami langsung atau berproses secara internal terhadap
komitment dalam dirinya sendiri. Model hiking ini mungkin menembak model yang
dilakukan kesatuan di Tentara ketika “ Tradisi Pembaretan” atau “ Tadisi Masuk
Kesatuan” bagi prajurit remaja. Dengan melakukan perjalanan darat non stop
diharapkan seseorang bisa merasakan beratnya perjuangan dan harapan menggapai
cita cita. Biasanya seseorang akan mengalami berbagai tekanan selama perjalanan
berlangsung, dari mulai kelelahan yang amat sangat, cidera kaki, lemahnya
mental dan sebagainya.
Bisa dibayangkan kegiatan hiking
ini bakal menjadi kegiatan yang cukup berat bagi siapapun yang tidak memiliki
basic kegiatan petualangan di alam bebas. Untuk beberapa kalangan seperti
kelompok Pecinta alam, Pramuka, maupun pengembara mungkin tidak menjadi
persoalan. Aktifitas yang dilakoni penggiat petualangan di alam bebas sudah
cukup akrab dengan bentuk perjalanan seperti itu. Namun begitu jarang sekali
yang memikirkan bahwa perjalanan demi perjalanan itu mampu memberikan dampak
positif, utamanya berguna membangun
kepercayaan diri dan melatih mengendalikan diri. Melalui metode menekan seluruh emosional yang
bisa dipastikan akan muncul, seseorang dipaksa untuk mengatur dan mengelola
sedemikian rupa sehingga bisa bersinergi dengan anggota tim/ kelompok yang lain.
Dengan begitu proses pembentukan mental seseorang sesungguhnya sudah dimulai
ketika sudah belajar untuk menjaga perasaan dengan orang lain, dengan tidak
selalu mengedepankan kepentingan dan ego pribadi semata. Proses yang lain
ditandai begitu muncul empati dengan bersedia membantu orang lain sebagai
bentuk kesetiakawan dalam sebuah tim.
Secara keseluruhan hiking 24 jam
non stop bisa jadi alternative yang bagus untuk digunakan sebagai metode pendidikan/
pembentukan mental yang tentu saja masih harus ditambah dengan beberapa
kegiatan yang lain relevan.