Tradisi adopsi dari Reppala |
Karakteristik sebuah organisasi umumnya berbeda satu sama
lain, sebab bagian ini yang justru
berguna untuk membedakan satu organisasi dengan organisasi yang lain. Bentuk
yang spesifik untuk menunjukkan karakteristik suatu organisasi seperti nilai
nilai yang ditanamkan di Reppala sejak berdiri 23 desember 1986 dahulu, yang sampai dengan saat ini masih
memberlakukan tradisi pelantikan anggota baru yang cukup unik dibandingkan
dengan organisasi/ klub pecinta alam yang lain.
Tradisi / nilai nilai tertentu apapun
bentuknya semestinya dihargai dan dihormati sebagai bagian dari prinsip
menanamkan loyalitas anggota terhadap organisasi. Loyalitas anggota terhadap
organisasi ini penting, mengingat roda
organisasi bergantung dari mobilitas anggota bersama pengurusnya.
Tradisi pelantikan anggota baru Reppala yang sejak dahulu
itu sengaja disetting para pendiri Reppala sedemikian apik sehingga tidak ada
image dalam rupa anarkhis apalagi jauh dari etika. Maka bentuk kegiatan yang
dipilihkan benar benar dipengaruhi nuansa filosofis. Upacara pelantikan anggota baru sebagai tahap
lanjutan dari seleksi anggota itu ditandai dengan beberapa catatan dimana
upacara tetap dilaksanakan tepat pukul 24.00 dinihari. Upacara pelantikan yang
disakralkan itu dihadiri ketua, beberapa pengurus, anggota Reppala yang senior dan sesepuh/
pendiri Reppala.
Format barisan tertua - termuda |
Format Barisan
Format barisan pada upacara disusun urut menurut umur
tertua hingga termuda tidak memandang laki-laki atau perempuan. Bentuk barisan
ini menjadi ukuran dalam penjenjangan status senior dan junior dalam satu
angkatan. Secara filosofis, dimaksudkan agar setiap anggota selalu ingat bahwa
ketetapan semua anggota adalah saudara bisa dipegang teguh semua anggota sampai
kapanpun. Cara berbaris ini mungkin jarang ditemui di berbagai tempat, umumnya
barisan diatur dalam formasi sama tinggi, atau pengkelompokan menurut jenis
kelamin atau kekhususan tertentu sehingga sebuah barisan diatur .
Ide munculnya format barisan ini dahulu sebenarnya
sederhana, karena muncul keinginan
mempersatukan persaudaraan sesama anggota sehingga perlu dirancang
kerangka yang bisa selalu up to date dan bisa diterima siapapun sampai
kapanpun. Kemudian tercetus format barisan baku versi Reppala ini dan hanya
berlaku saat di upacara pelantikan anggota baru Reppala saja.
Menu Pelantikan
Upacara pelantikan anggota baru mengikuti format apel yang kemudian
ditandai dengan tradisi lama yaitu “cium bendera Merah Putih dan bendera
Reppala” oleh anggota baru diiringi lagu Padamu Negeri. Nilai filosofisnya tentu saja agar setiap
anggota selalu mengedepankan kecintaan terhadap tanah air Indonesia yang harus
selalu dibela, sebuah upaya membentuk karakter nasionalis bagi generasi muda. Tradisi
kemudian dilanjutkan dengan “minum kopi pahit tanpa gula”, yang ditafsirkan bahwa
realitas hidup tidak selamanya indah atau manis seperti gula. Sehingga nilai
nilai yang wajib dipahami anggota Reppala adalah getirnya sebuah perjuangan hidup
supaya setiap orang menyadari bahwa segala sesuatu harus diupayakan. Tradisi
diteruskan dengan “coreng muka” yang dalam konteks ini disimbolikkan dengan
anggapan negative orang yang cenderung “mental block” terhadap pecinta alam. Dari itu, setiap pecinta
alam semestinta menjaga image positif dari
anggapan buruk , liar, pergaulan bebas, hidup tidak teratur dan sebagainya. Akhirnya
upacara pelantikan ditutup dengan tradisi makan “sukro/ kacang Atom” sebagai
makanan sekaligus menu pelantikan.
Itulah Tradisi lama yang tetap dipertahankan di Reppala, yang
diharapkan menjadi jejak sejarah tersendiri karena didalamnya bertindak sebagai
pelaku dan saksi sejarah itu sendiri.