Senin, 25 Desember 2017 bertempat di Tebing Kare
Kompleks, Eka Sriwidodo selaku Ketua Reppala
melantik anggota baru. Pelantikan anggota baru Reppala ini merupakan momentum
yang sangat berarti mengingat sejak 2012 belum dilakukan agenda ini hingga menjelang berakhirnya
desember 2017. Kurang lebih 5 tahun sejak 2012 berakhir setelah rekruitmen
anggota baru sekaligus pelantikannya. Ada 14 anak muda yang berhasil dilantik
antara lain :
Agus Winarto, Ahmad Abdul Aziz, Ahmad Iqbal Ramadan, Ahmad Hillaludin, Luluk Tri Setyaningsih, Ali Mahfud, Putri, Muhamad Fawaid, Selamet Khoirul Anam, Sholikun Nidhom, Rizki Maulana S, Ardani Riyanto, dan Lorens Yoga Ardiansyah. Dengan Pelantikan anggota baru Reppala ini terasa menghapus kegalauan selama ini terhadap minat kalangan muda yang concern dengan persoalan konservasi dan pecintaalaman yang disinyalir makin memudar.
Agus Winarto, Ahmad Abdul Aziz, Ahmad Iqbal Ramadan, Ahmad Hillaludin, Luluk Tri Setyaningsih, Ali Mahfud, Putri, Muhamad Fawaid, Selamet Khoirul Anam, Sholikun Nidhom, Rizki Maulana S, Ardani Riyanto, dan Lorens Yoga Ardiansyah. Dengan Pelantikan anggota baru Reppala ini terasa menghapus kegalauan selama ini terhadap minat kalangan muda yang concern dengan persoalan konservasi dan pecintaalaman yang disinyalir makin memudar.
Pada pelantikan yang dihadiri beberapa unsur Pengurus
Reppala juga dihadiri Sesepuh dan kalangan Senior itu dimanfaatkan sekaligus peringatan
Dirgahayu Reppala yang ke 31 terhitung sejak didirikan 23 desember 1986 lampau.
Pelantikan anggota baru itu sendiri
dilaksanakan mengikuti
format apel yang kemudian ditandai dengan tradisi lama yaitu “cium bendera
Merah Putih dan bendera Reppala” oleh
anggota baru diiringi lagu Padamu
Negeri. Nilai filosofisnya tentu saja
agar setiap anggota selalu mengedepankan kecintaan terhadap tanah air Indonesia
yang harus selalu dibela, sebuah upaya membentuk karakter nasionalis bagi
generasi muda. Tradisi kemudian dilanjutkan dengan “minum kopi pahit tanpa
gula”, yang ditafsirkan bahwa realitas hidup tidak selamanya indah atau manis
seperti gula. Sehingga nilai nilai yang wajib dipahami anggota Reppala adalah
getirnya sebuah perjuangan hidup supaya setiap orang menyadari bahwa segala
sesuatu harus diupayakan. Tradisi diteruskan dengan “coreng muka” yang dalam
konteks ini disimbolikkan dengan anggapan negative orang yang cenderung “mental
block” terhadap pecinta alam. Dari itu,
setiap pecinta alam semestinta menjaga
image positif dari anggapan buruk , liar, pergaulan bebas, hidup tidak teratur
dan sebagainya. Akhirnya upacara pelantikan ditutup dengan tradisi makan
“sukro/ kacang Atom” sebagai makanan sekaligus menu pelantikan.
Itulah Tradisi lama yang tetap
dipertahankan di Reppala, yang diharapkan menjadi jejak sejarah tersendiri
karena didalamnya bertindak sebagai pelaku dan saksi sejarah itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar