Jumat, 08 November 2013

• Asia Pulp and Paper: Dari konfrontasi ke Kerjasama

Blog ditulis oleh Bustar Maitar - 29 Oktober, 2013 di 11:05 komentar
Saya biasanya tidak ingin berbicara terlalu cepat, namun rasanya risiko bahwa Asia Pulp and Paper (APP) akan mengingkari janji nol deforestasinya semakin berkurang setiap bulan. Mengingkari janji yang diikrarkan secara meluas kepada pembelinya dapat merupakan bunuh diri secara komersial.

Sekarang adalah saat yang bagus bagi kami untuk mengeluarkan laporan perkembangan, yakni menyoroti apa saja yang sudah dilakukan secara baik oleh APP dan di mana masih kurang dan perlu ditingkatkan. Salinan laporan ini telah disampaikan ke APP akhir pekan lalu.

Rabu, 06 November 2013

Izin Untuk Memusnahkan

Bagaimana deforestasi dari perkebunan kelapa sawit mendorong harimau Sumatera menuju kepunahan.
Pada halaman ini
Laporan - 22 Oktober, 2013
Saat ini hanya sekitar 400 ekor harimau diperkirakan tersisa di hutan-hutan hujan Sumatra – yang berkurang secara pesat – seperempat juta hektar tiap tahunnya. Ekspansi perkebunan kelapa sawit dan kayu pulp/HTI (Hutan Tanaman Industri) adalah penyebab hampir dua pertiga kerusakan habitat harimau dalam kurun waktu antara 2009 sampai 2011, periode paling akhir dimana data resmi pemerintah Indonesia tersedia. Kerusakan semacam ini memfragmentasi wilayah besar hutan ruang hidup harimau untuk berburu.

Kamis, 03 Oktober 2013

Refleksi Pengalaman Menjadi Anggota Reppala



Ada banyak hal yang bisa dipelajari dalam Reppala, termasuk hal-hal yang sama sekali tidak ada dalam organisasi pencinta alam lainnya. Di Rembang, sebagai daerah yang termasuk miskin dan agak ndesa di propinsi Jawa Tengah, memang banyak organisasi pencinta alam. Di setiap kecamatan atau bahkan setiap SMA, bisa jadi ada organisasi pencinta alam-nya. Namun sebagian besar masih mengidentikkan pencinta alam dengan naik gunung, berpetualang di alam terbuka dan kegiatan mblarak-mblarak sejenis lainnya. Hanya sedikit beberapa diantaranya yang ter-educated dengan misalnya pemahaman tentang konservasi sumber daya alam, kesehatan reproduksi remaja dan keluarga berencana, administrasi dan jurnalistik, atau hal-hal teknis yang sangat “canggih”, misalnya mountainering sekaligus praktek beragam metodenya, speleologi, atau survival. Atau, kalau ada yang berminat, bisa juga belajar bikin orang yang suka buang air sembarangan menjadi mules semalaman. Bahkan bisa juga menangkap “tuyul”. Yang pernah belajar hal terakhir ini jangan tertawa. Atau anda bahkan pernah menjadi tuyulnya?

Laut Indonesia dalam Krisis (Kiriman Greenpeace)


Kekayaan  Laut Indonesia


Dengan 17.504 pulau, Indonesia adalah negara kepulauan  terbesar  di dunia1. Garis pantainya mencapai 95.181 kilometer persegi, terpanjang di dunia  setelah  Kanada, Amerika Serikat dan Rusia. Enam puluh  lima persen  dari total  467 kabupaten/kota yang ada di Indonesia berada di pesisir2. Pada 2010 populasi penduduk Indonesia mencapai  lebih dari 237 juta orang3, dimana   lebih   dari  80%  hidup   di  kawasan pesisir4.
Kepulauan      Indonesia       terbentang        antara terumbu karang di Indonesia mencapai  50.875   kilometer  persegi5, atau  sekitar 18% dari total kawasan   terumbu  karang   dunia.   Sebagian besar  terumbu karang  ini berlokasi di bagian timur Indonesia, di wilayah yang lazim disebut segitiga karang (coral triangle).